Minggu, 21 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #16


Pro Kontra Pendidikan Seks di Sekolah

Pendidikan seks di sekolah menjadi wacana hangat dan menuai pro kontra di kalangan masyarakat. Saat ini banyak sekali terdengar kasus-kasus berkaitan dengan pelecehan seks, kekerasan seks hingga penyakit menular seks khususnya di kalangan remaja. Sekolah memerankan peranan penting dalam melaksanakan pendidikan seks yang efektif untuk pertumbuhan anak. Berbagai studi menunjukkan bahwa pendidikan seks di sekolah sangat efektif mencegah seorang remaja untuk bereksperimen mengenai seks. Pendidikan seks juga mendorong remaja untuk memproteksi diri mereka dari tindakan-tindakan seksual yang tak pantas.
Menurut WHO, pendidikan seks harus disampaikan pada anak usia 12 tahun ke atas. Diperkirakan saat ini 34% orang yang terinfeksi HIV berada pada kelompok usia 12 hingga 19 tahun. Namun di balik itu semua, pendidikan seks masih menuai pro dan kontra diantaranya:
Pro
- Pendidikan seks di sekolah dapat membantu anak memahami dampak seks di kehidupan mereka. Cakrawala mereka akan terbuka dan mitos-mitos menyesatkan seputar seks dapat dihapuskan dalam pikiran mereka.
- Pendidikan seks juga dapat menjawab pertanyaan yang terbersit dalam benak mereka mengenai tubuh mereka dan perubahan hormon.
- Anak-anak sangat penasaran sekali tentang hal-hal terkait gender yang lain. Pendidikan dapat membantu mereka memahami perbedaan dan menjaga keinginan mereka untuk mengeksplorasi hal-hal berbau seks dengan cara eksperimen langsung.
- Pendidikan dapat menjauhakna anak dari kejahatan/pelecehan seksual yang akhir-akhir ini sering terjadi.
- Anak-anak akan memahami tentang Penyakit Menular Seks baik dari segi sebab maupun dampaknya.
- Pendidikan dapat mengubah anak menjadi dewasa dan bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan seksual mereka sampai pada muara akhirnya ia akan menikmati sendiri kelak (menikah).

Kontra
- Sebagian besar guru yang diberikan tugas mengajarkan pendidikan seks pada siswa tidak memahami tentang hakikat pendidikan seks itu sendiri. Ini sangat berbahaya karena dapat membuat siswa salah menerima informasi dan akhirnya justru perbuatan bodoh yang akan terjadi kemudian hari.
- Siswa masih malu dalam mempelajari materi seks dan pada akhirnya materi pelajaran bisa menjadi bahan ejekan antar siswa.
- Banyak sekolah yang melaksanakan pendidikan seks dengan model ekstrakurikuler bukan dalam materi kurikulum inti. Akhirnya banyak siswa yang tidak tertarik mengikuti.
- Pendidikan seks di sekolah mungkin bertentangan dengan agama dan pastinya akan menimbulkan tafsiran yang berbeda dari sisi ilmiah dan agama sehingga perlu didiskusikan oleh ahlinya masing-masing sebelum diberlakukan.

Referensi :
http://dimanapunsehat.blogspot.co.id/2016/05/pro-kontra-pendidikan-seks-di-sekolah.html?m=1

========
REVIEW :
Menurut saya pribadi pendidik seks ini memang penting dan sebaiknya di tumbuhan sejak kecil. Karena pada bahasan KONTRA diatas rata rata memang kondisi saat ini ya seperti itu. Termasuk pada masa sekolah Saya. Pendidikan seks sudah terlanjur tertangkap PORNO dan sesuatu yang akan menjadi bahan EJEK dan hal tersebut "hanya berkaitan dg orang dewasa. Anak kecil gak boleh tau"
Hal inilah yang membuat anak anak terutama para remaja semakin penasaran. Sebenarnya apa si SEKS itu.. Dan buruknya mereka mendapati info dr sumber gak tdk tepat. Maka jadilah banyak kasus seperti sekarang ini.

Sabtu, 20 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #15

8 KESALAHAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK REMAJA

 Meti Hera 

Mendidik anak usia remaja, tentunya berbeda dengan mendidik mereka di usia kanak-kanak. Banyak hal yang berubah pada anak kita ketika mereka memasuki usia remaja. Masa remaja ini masa penting yang dilalui anak-anak kita. Dan pada masa ini pula acapkali timbul gejolak yang membuat orangtua mengurut dada.

Sebagai orangtua, kita patut berkaca pada kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dalam mendidik anak remaja. Dengan harapan tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut. Apa saja kesalahan orangtua dalam mendidik remaja?

Pertama, orangtua tidak memahami perubahan yang terjadi pada anak ketika memasuki usia remaja. Ketika anak memasuki usia remaja (baligh), terjadi banyak perubahan dalam dirinya. Pada masa ini, anak sudah memiliki dorongan seksual, sehingga memiliki ketertarikan yang besar terhadap lawan jenis. Seringkali orangtua tidak siap menerima kenyataan ini. Alih-alih memberi pemahaman yang baik, malah memarahi anaknya ketika kedapatan jatuh cinta. Ada juga orangtua yang cuek dengan apa yang dilakukan anaknya, sehingga anaknya terjerumus pada pergaulan bebas.

Perubahan lainnya yang terjadi pada anak saat menginjak usia remaja adalah perubahan hormonal dalam tubuhnya. Dampaknya, tumbuh jerawat, keringat menjadi lebih bau, doyan makan, mudah memberontak, emosi labil, dan terjadi pertumbuhan yang pesat pada tubuhnya. Seringkali orangtua tidak memahami ini sehingga tidak siap dengan perubahan yang terjadi. Akibatnya timbul konflik antara orangtua dan anak. (Hindari Sikap Ini Karena Menyebabkan Anak Durhaka )

Kedua, masih menganggap remaja sebagai anak-anak. Remaja bukanlah anak-anak dan bukan juga manusia dewasa. Mereka sudah tidak mau diperlakukan sebagai anak kecil. Karena orangtua masih menganggap anak kecil, maka seringkali bersikap otoriter. Misalnya dalam pemilihan model pakaian. Acapkali orangtua masih senang memilihkan pakaian anak remaja sesuai seleranya dan tidak siap ketika mereka punya pilihan sendiri. Dari urusan pakaian ini bisa menjadi masalah runyam.

Orangtua yang masih menganggap anak remaja masih anak-anak seringkali tidak memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk menentukan sebuah pilihan. Semua pilihan ditentukan oleh orangtua anak hanya menjalani. ( Ketika Anak Mulai Jatuh Cinta )

Ketiga, mengomel. Orangtua terutama ibu acapkali mudah untuk mengomeli anak. Omelan biasanya disertai dengan luapan emosi, sehingga tidak bisa mengontrol kata-kata yang diucapkan . Bisa jadi kata-kata yang diucapkan ketika mengomel melukai hati anak, sehingga timbul amarah dalam diri anak. Jika dalam diri anak memendam amarah pada orangtua akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Tentunya ini bukan kondisi yang baik bagi perkembangan anak remaja kita. Di samping itu, omelan orangtua akan menjatuhkan harga diri anak, apalagi jika disampaikan di depan orang lain walaupun anggota keluarganya.

Keempat, tidak menjalin komunikasi yang harmonis dengan remaja. Sahabat Ummi komunikasi adalah alat penting dalam berinteraksi dengan sesama manusia, termasuk dengan buah hati kita. Namun sayangnya, tidak sedikit orangtua yang tidak bisa menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya. Karena alasan sama-sama sibuk maka sulit berkomunikasi. Padahal dengan komunikasi yang sehat antara orangtua dan anak bisa memagari anak dari perilaku yang tidak baik.

Ketika anak kita menginjak usia remaja, banyak hal baru yang akan dialaminya. Sehingga mereka mudah galau dan memerlukan tempat untuk curhat. Apa jadinya jika komunikasi remaja dengan orangtuanya tersumbat. Mereka akan mencari tempat curhat yang lain. Kalau mereka menemukan sosok yang baik selain orangtuanya tidak jadi masalah, tapi jika menemukan sosok yang tidak baik bisa fatal akibatnya.

Ada contoh kasus, seorang remaja yang merasa kesepian di rumah. Kemudian ia mencari obat kesepian dengan nongkrong bersama teman-temannya. Kehadirannya disambut hangat oleh seorang gembong narkoba. Anak itu mendapatkan apa yang dicarinya, persahabatan, tempat curhat, dan perhatian yang semua itu tidak didapatnya di rumah. Singkat cerita, anak itu pun menjadi pecandu narkoba dan sekaligus pengedar narkoba. Masa mudanya hancur karena berawal dari masalah komunikasi.

Kelima, orangtua tidak berhasil membuang sampah dalam dirinya. Tekanan pekerjaan, beban hidup yang semakin berat,  dan letih menyebabkan kita menyimpan emosi yang siap meledak. Emosi itu adalah sampah dalam diri kita. Alangkah bahayanya jika kita membawa sampah itu ketika berinteraksi dengan buah hati. Kita menjadi mudah terpancing emosi dengan hal-hal sepele di hadapan anak kita. Bisa jadi anak-anak kita-lah tempat membuang sampah dalam diri kita. Mereka menjadi luapan emosi kita.

Apa yang mereka rasakan jika terus menerus menjadi tempat sampah orangtuanya? Marah, benci, merasa direndahkan, dendam, dan masih banyak lagi rasa yang bersemanyam dalam hati anak-anak itu. Rasa-rasa itulah yang mengantarkan anak remaja kita menjadi sosok yang bengal dan susah diatur.

Keenam, orangtua tidak berempati pada anak remajanya. Sekali lagi bahwa anak remaja kita akan mengalami banyak hal baru yang menyebabkan mereka kebingungan dengan diri sendiri. Acapkali orangtua tidak mau tahu dengan ketidak nyamanan anaknya. Sehingga anak-anak itu mencari solusi sendiri dengan resiko melangkah di luar rel kebenaran.

Ketujuh, haus akan prestasi anak. Banyak orangtua yang merasa sangat bahagia ketika anak-anaknya mendapat prestasi, terutama prestasi akademik. Sehingga orangtua menekan anak-anaknya untuk meraih prestasi gemilang. Anak-anak dipaksa untuk mengikuti berbagai les agar meraih prestasi. Hidup di bawah tekanan sangatlah tidak nyaman. Begitu pun dengan anak remaja kita. Mereka tidak nyaman dan akhirnya mereka berlari dari tekanan itu kepada hal-hal negatif misalnya narkoba, berselancar di internet, menikmati pornografi, dan lain sebagainya.
Delapan, orangtua kurang memberi apresiasi terhadap prestasi anak. Karena tuntutan orangtua terlalu tinggi maka kurang menghargai prestasi yang sudah diraih anak. Apreasiasi akan menumbuhkan rasa percaya diri anak dan memompa semangatnya untuk menjadi lebih baik lagi.

Referensi :
http://www.metiherawati.com/2015/08/8-kesalahan-orangtua-dalam-mendidik.html?m=1

=========
REVIEW :
Membaca tulisan diatas rasanya sangat mengacakan diri saya sendiri terhadap apa yang sudah orangtua saya lakukan kemarin. Dan ternyta banyak sekali kesalahan yang menimpa saya. Uh sedih. Tapi apa daya mungkin hal tersebut terjadi karena kurang tahunya orangtua akan pentingnya hal tersebut. Dan in syaaAllah saya akan sangat berkaca pada didik orangtua agar tidak mengulangi kesalahan lagi untuk anak anak saya kedepannya. Amiin

Jumat, 19 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #14

Harry Santosa
23 Dec 2017

Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.

Prinsip 1 : Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun)

Prinsip 2 : Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.

Prinsip 3 : Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.

Tahap Usia 0-2 tahun : Anak lelaki maupun anak perempuan lebih didekatkan kepada Ibu karena masa menyusui. Menyusui adalah tahap awal penguatan semua konsepsi fitrah termasuk fitrah keimanan dan fitrah seksualitas.

Tahap Usia 3-6 tahun : ini Tahap Penguatan Konsepsi Gender dengan Imaji imaji positif tentang gendernya masing masing. Anak lelaki maupun anak perempuan harus didekatkan kepada Ayahnya dan kepada Ibunya. Ayah dan Ibu harus hadir pada fase ini. Indikator tumbuhnya fitrah seksualitas di tahap ini adalah anak dengan jelas dan bangga menyebut gendernya di usia 3 tahun.

Tahap Usia 7-10 tahun : Ini tahap Penyadaran Potensi Gender dengan beragam aktifitas yang relevan dengan gendernya. Anak lelaki yang telah ajeg konsep kelelakiannya pada usia 0-6 tahun, maka kini disadarkan potensi kelelakiannya langsung dari Ayah. Anak lelaki lebih didekatkan ke Ayah. Ayah mengajak anak lelakinya pada peran dan aktifitas kelelakian pada kehidupan dan sosialnya, termasuk menjelaskan mimpi basah, fungsi sperma dan mandi wajib. Begitupula anak perempuan lebih didekatkan ke Ibu untuk disadarkan peran keperempuanannya dalam kehidupan sosialnya. Indikator di tahap ini adalah anak lelaki kagum dan ingin seperti ayahnya, anak perempuan kagum dan ingin seperti ibunya.

Tahap 11-14 tahun : Ini tahap Pengujian Eksistensi melalui ujian dalam kehidupan nyata. Anak lelaki yang telah sadar potensi kelelakiannya kini harus diuji dengan memahami mendalam lawan jenisnya langsung dari ibunya. Maka anak lelaki di tahap ini lebih didekatkan kepada ibunya agar memahami cara pandang perempuan dari kacamata perempuan (dalam hal ini ibunya). Anak perempuan juga sebaliknya, lebih didekatkan ke ayahnya agar memahami mendalam bagaimana cara pandang lelaki dari kacamata lelaki (dalam hal ini ayahnya). Indikator di tahap ini adalah persiapan dan keinginan bertanggungjawab menjadi ayah bagi anak lelaki. Bagi anak perempuan adalah persiapan dan keinginan bertanggungjawab menjadi ibu

Tahap => 15 tahun : Ini tahap penyempurnaan fitrah seksualitas sehingga menjadi peran keayahbundaan. Ini adalah masa AqilBaligh atau anak bukan lagi anak anak, tetapi mitra bagi orangtuanya. Secara syariah mereka telah Mukalaf atau mampu memikul beban syariah, termasuk kemampuan untuk menikah atau menjadi ayah sejati atau menjadi ibu sejati. Semua ulama sepakat bahwa anak pada tahap ini sudah tidak wajib lagi dinafkahi, jikapun masih dinafkahi itu karena statusnya fakir miskin. Maka kewajiban orangtualah untuk mengantarkan anak anak mereka untuk aqilbaligh sempurna dan mencapai peran peradaban bukan hanya dalam profesi namun juga untuk berperan menjadi ayah sejati dan ibu sejati.

Catatan 1:
Anak anak yang kehilangan salah satu sosok orangtua baik karena meninggal atau karena perceraian, maka wajib segera diberikan sosok pengganti sampai mencapai aqilbaligh baik dari keluarga besar maupun komunitas/jamaah kaum Muslimin.

Catatan 2:
Fitrah Seksualitas ini tidak tumbuh berdiri sendiri harus pula diiringi tumbuhnya fitrah lainnya seperti fitrah keimanan, fitrah individualitas dan fitrah sosialitas sehingga agar juga tidak mudah ditularkan penyimpangan seksual oleh lingkungan.

Catatan 3:
LGBT jelas adalah penyimpangan fitrah seksualitas, bukan genetik tetapi karena salah pengasuhan atau tidak diagendakan dalam pendidikan atau penularan perilaku lingkungan.

Referensi :
https://www.google.co.id/amp/s/ekoharsono.wordpress.com/2017/12/24/prinsip-dan-tahapan-mendidik-fitrah-seksualitas/amp/
===========
REVIEW :

Pada bagian catatan 1, seakan berpikir kebelakang kondisi saat ayah meninggal dan ada adik yang masih kecil juga.  2 tahun kemudian ibu menikah lagi namun sampai saat ini di usia adik saya yang sudah masuk
Usia 18 tahun. Kami semua masih seakan tidak menerima dengan keberadaan ayah batu tersebut. Ko Sepertinya ada yang salah dengan perkenalan pertama kami.

Kamis, 18 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #13

Pada artikel sebelumnya saya membahas tentang pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas anak dan tujuan dari pendidikan fitrah seksualitas.

Maka kali kali ini saya akan membahas tentang bagaimana cara membangkitkan fitrah seksualitas pada anak.
Membangkitkan fitrah seksualitas anak bisa dimulai sejak mereka dilahirkan.
Pada framework pendidikan berbasih fitrah, membangkitkan fitrah seksualitas pada anak berbeda menurut tahap usia anak masing-masing.
Ada tiga tahapan usia anak yaitu tahap pra latih (0-2 tahun dan 3-6 tahun), tahap pre aqil baligh 1 ( 7-10 tahun) dan tahap pre aqil baligh 2 ( 11-14 tahun).

A. Tahap Pra Latih
* Usia 0-2 Tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan ibunya, karena terdapat proses menyusui.
Ibu menyusui anaknya.
Menyusui bukan sekedar memberi ASI.
Artinya ketika menyusui ibu memberikan perhatian secara penuh kepada anaknya.
Tidak melakukan aktifitas lainnya saat menyusui.

* Usia 3-6 tahun
Di usia ini anak harus dekat dengan kedua orangtuanya.
Sosok ayah dan ibu harus hadir agar anak memiliki keseimbangan emosional dan rasional.
Kedekatan kedua orangtua akan membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok laki-laki dan perempuan.
Dan pada akhirnya anak akan bisa menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya.

 Anak sudah bisa memastikan jenis seksualitasnya.
Mereka dengan mantap mengatakan  " saya perempuan " atau " saya laki-laki ".

B. Tahap Pre Aqil Baligh 1 (7-10 tahun)

Pada usia ini anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah.
Mengapa? Karena usia ini egosentris anak bergeser ke sosio sentris.
Ayah membimbing anak lelakinya untuk memahami peran sosialnya.

Caranya bisa mengajak anak untuk mengikuti shalat berjamaah di masjid.
Melakukan kegiatan pertukangan bersama.
Atau menghabiskan waktu di bengkel.

Selain itu, ayah juga menjelaskan tentang fungsi reproduksi yang dimiliknya.
Misalnya konsekuensi sperma bagi seorang laki-laki.

Begitupula sebaliknya, di usia ini anak perempuan lebih didekatkan pada ibunya.
Ibu membangkitkan peran keperempuanan dan keibuaan anak.

Misalnya memberi pengetahuan akan pentingnya ASI (Air Susu Ibu).
Agar kelak anak perempuan akan melaksanakan tugas menysuinya dengan baik.
Mengajarkan tentang pentingnya pendidikan bagi seorang ibu.
Seorang ibu haruslah terdidik, sebab ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Melibatkan anak dalam mempersiapkan hidangan yang begizi bagi keluarga.

Dan ibu menjadi tempat pertama yang menjelaskan tentang konsekuensi adanya rahim bagi perempuan.

C. Tahap Pre Aqil Baligh 2 ( 11-14)
Usia ini adalah puncak perkembangan fitrah seksualitas.
Pada usia ini anak laki-laki akan mengalami mimpi basah, sedangkan anak perempuan akan mengalami menstruasi.
Mereka juga mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis.

Langkah pertama yang harus dilakukan orangtua dalam membangkitkan fitrah seksualitas pada usia ini adalah memberikan mereka kamar terpisah.

Di usia ini anak laki-laki harus lebih dekat pada ibunya.
Tujuannya, agar dia mampu memahami dan memperhatikan lawan jenisnya melalui kacamata perempuan.
Sehingga kelak dia akan tumbuh sebagai laki-laki yang bertanggungjawab dan penuh kasih sayang.

Anak perempuan pada usia ini harus lebih dekat dengan ayahnya.
Ayah menjadi cinta pertamanya.
Ayah menjadi sosok ideal dimatanya.
Menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah.
Kedekatan ini membuat anak perempuan bisa memahami bagaimana laki-laki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan sesuai persepsi laki-laki.

Pertanyaan kemudian adalah bagaimana setelah usia 14 tahun?
Pasca usia 14 tahun anak bukan lagi anak.
Mereka adalah individu yang setara.
Tugas orangtua sudah selesai di usia ini.
Sebab jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh.
Anak sudah bertanggungjawab pada dirinya sendiri.

Selamat mendidik dan membersamai ananda.
Bersabarlah karena kita hanya memiliki waktu selama 14 tahun.

Referensi :
Harry Santosa, Fitrah Based Education
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-2.html

============
REVIEW
setelah membaca  artikel di atas ko jadi makin merasa tertampar ya. Ya Allah nak maafin bunda ya. Selama ini hundreds masih melakukan aktivitas lain saat menyusui kamu 😥. Dua bulan kedepan in syaaAllah aisyah akan berusia 2 tahun itu artinya masa menyusui aisyah selesei nak. Bunda janji setelah ini akan fokus jika sedang menyusui aisyah ya..

Pada poin yg menjalankan saat anak berusia
7-10 tahun dan di jelaskan pada saat tersebut orangtua sudah bisa menjalankan tentang organ intim beserta fungsi2nya ko saya merasa belum PD ya melakukannya. Apalagi jika melihat kondisi para remaja saat ini. Hmm semoga saja jika saat itu tiba di Aisyah nnti bunda sudah punya banyak bekal ya nak. Kita belajar bareng..
Bismillah :)

Rabu, 17 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #12

Kali ini saya mengambil referensi dari www.ummi-online.com

Sahabat Ummi, tahukah bahwa beberapa waktu yang lalu media sosial dihebohkan dengan sebuah buku yang bertujuan mengenalkan pendidikan seks pada anak.
Dalam salah satu isi cerita, buku tersebut membahas persoalan masturbasi.
Ini yang membuat publik geger, topik ini langsung menjadi viral.

Saya tidak akan membahas isi buku lebih lanjut ataupun terjebak dalam pandangan pro dan kontra tentang perlunya memberikan pendidikan seks pada anak.

Di sini yang akan saya bahas adalah mengenai membangkitkan fitrah seksualitas anak.

Setiap anak lahir dengan fitrahnya masing-masing.
Tugas orangtua adalah membangkitkan fitrah yang dimiliki anak, agar fitrah-fitrah tersebut mampu berkembang optimal.

Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Pendidikan fitrah seksualitas tentu berbeda dengan pendidikan seks.
Memulai pendidikan fitrah seksualitas tentu pada awalnya tidak langsung mengenalkan anak pada aktivitas seksual, seperti masturbasi atau yang lainnya.

Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas ini.
Pertama, membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya.
Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.
Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak berusia tiga tahun.
Orangtua mengenalkan organ seksual yang dimiliki oleh anak.
Ada baiknya dikenalkan dengan nama ilmiahnya, misalnya vagina pada perempuan atau penis pada laki-laki.
Mengapa harus nama ilmiah? Ini menghindarkan pada pentabuan.
Selama ini pembicaraan seputar seksuitas dianggap tabu oleh masyarakat.
Karena penjelasannya seringkali tidak secara ilmiah.
Hal yang tabu ini bisa mendorong anak untuk mencari-cari secara sembunyi-sembunyi.
Dan ini pada akhirnya akan memulai datangnya masalah penyimpangan seksual pada anak.
Orangtua harus menjadi pihak pertama yang secara jujur dan terbuka dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan organ seksual anak.
Sehingga anak akan mampu dengan jelas memahami identitas seksualnya.

Kedua, mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya.
Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak.
Sehingg anak akan mampu dengan tegas menyatakan "saya laki-laki" atau "saya perempuan".

Referensi :
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-1.html
 =============
REVIEW
ada point yang saya garis besaran pada artikel bacaan diatas yakni :

💕Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas ini.
📣Pertama, membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya.
📣Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.
📣Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak berusia tiga tahun.

Saat ini Aisyah hampir berusia 2 tahun. Itu artinya masih memiliki waktu yang cukup untuk menanamkan pendidikan fitrah seksualitas ini

Selasa, 16 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #11

Materi presentasi kelompok Alhamdulillah sudah usai. Dan di lanjutkan dengan tugas mencari referensi sumber yang berkaitan dengan judul pertama yakni mengenai FITRAH SEKSUALITAS Anak....

Dan berikut saya mendapatkan sebuah pembelajaran dari referensi salah satu catatan dari seorang teman di Fb.

Menjaga Aurat Bayi dan Ibu 👶
@juliasarahrangkuti

Salah satu pendidikan tarbiyah jinsiyah sejak anak-anak kita masih bayi yang dapat kita lakukan adalah dengan cara:

-Memandikannya di tempat tertutup (selayaknya orang dewasa yang tak mau ditonton saat mandi, makaa...adegan memandikan bayi pun janganlah dijadikan tontonan 😉).

-Membersihkannya saat pee/poo serta menggantikan bajunya tanpa dilihat orang lain. (bahkan termasuk juga Kakak2nya yang masih balita. Saya selalu meminta 2K utk "pergi dulu" jika sedang membersihkan Baby K).

-Menjemur bayi dalam keadaan berpakaian.

-Tidak memposting foto bayi dalam keadaan tidak berpakaian/hanya memakai pakaian dalam.

Selain itu, yang namanya punya newborn pastilah aktivitas menyusui jaaaaauh lebih banyak daripada aktivitas makan nasi dan aktivitas lainnya 😆

Kini, dengan adanya berbagai dukungan dan alat bantu, seperti ruangan menyusui, apron, gendongan bayi, dll, kita bisa bebas menyusui dimanapun-kapanpun. Namun, hal tersebut bukan berarti kita bisa bebas memperlihatkan aurat kita yaaa, Buibuuuk 😉

Tetap ada aturan yang harus dijaga, perhatikan batasan aurat muslim kepada muslim lainnya, batasan aurat kepada anak kecil, dst..

Saya pribadi selalu berusaha menutupi 'area menyusui' dari pandangan 2K meski mereka masih balita (terutama pada Abang K yang sudah mulai besar dan juga laki-laki). Repotkah? InsyaAllah tidak jika kita niatkan sebagai bagian dari ikhtiar tarbiyah jinsiyah pada anak-anak kita.

Bismillah.. Yuk kita biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa 😄

Happy breastfeeding, Ibu 😊

Tangerang, 02012018

IG : @juliasarahrangkuti
FP FB : Julia Sarah Rangkuti
Web : juliasarahrangkuti.com

==============
Dari bacaan tersebut loh ko saya selama ini tidak berpikir kemarahan sana ya. Dan Alhamdulillah Allah mendatangkan materi ilmu berharga ini melalui penugasan dari kelas Bunda Sayang.
Semoga kedepannya saya dapat menjadi ibu yang lbh bijak lagi terutama mengenai Fitrah Seksualitas Anak.
Aamiin

Senin, 15 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #10

Puberty
Tema yang ringan ini memang cucok dijadikan sebagai desert 😂

Namun bukan sekedar desert sebagai makanan penutup. Justru darinya semakin sadar akan banyaknya dan perlunya perhatian orangtua dalam hal menyiapkan anak dalam. Menghadapi masa pubertasnya.

Dsini saya bertekad akan menjadi ibu yang bisa sebagai sahabat anak
Dmana kelak anak akan tidak sunglasses menceritakan apa yang terjadi pada dirinya kepada ibunya.

Karena berdasarkan pengalaman saya sendiri dimana dulu saat pertama mengalami menstruasi sangat bingung dan sangat malu untuk menceritakan ke ibu dan akhirnya semiotics berbohong beberapakali untuk menutupi apa yang sebenrnya terjadi.
Nah berbekal pengalaman ini semoga tidak terjadi dg anak anak saya kelak. Aamiin

Yuk sama sama belajar ya nak :)

Minggu, 14 Januari 2018

TARBIYAH JINSIYAH

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh...
Apa kabar semuanya??
Semoga teman-teman semua dalam keadaan sehat wal'afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.

Langsung aja ya, in sya Allah kami dari kelompok 7 akan mempresentasikan tantangan level 11 ini. Materi presentasi akan dibagikan dan dimoderatori oleh teman saya yang cantik, mba Pipit 👏👏👏

Sebelum mba Pipit share presentasinya, yuk kita buka bersama dengan baca basmallah...

Bismillahirrahmanirrahim...




Tak kenal maka tak sayang,
Udah liat fotonya, kalo nanti ketemu kami di jalan tegur yaa😆😆




Bismillahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah sampai juga di kelompok kami.
In syaaAllah saya dan mba Ika (Latifah)   bersama akan memaparkan materi mengenai Tarbiyah Jinsiyah 👉 Pendidikan Seksualitas (pada anak)


Namun sebelum kita masuk ke materi mari sejenak kita bersama merenungi beberapa Fakta dan Data berikut ini :






Selain dari beberapa Fakta dan Data di atas, di sebutkan juga beberapa ciri-ciri anak yang sudah teradiksi menurut Bu Elly Risman selaku Psikolog dan  Pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati,

Diantaranya :
 1. Suka menyendiri
 2. Bicara tidak melihat mata lawan bicara 
 3. Prestasi di sekolah menurun
 4. Suka berbicara jorok 
 5. Berperilaku jorok (menarik tali bra, menyenggol dg sengaja bagian tubuh tertentu, dll) 
 6. Suka berkhayal tentang pornografi. 
 7. Banyak minum dan banyak pipis. 
 8. Suka menonton, bila dihentikan akan mengamuk (tantrum).

Setelah kita tahu akan data dan fakta di atas mati kita masuk  ke pembahasan Utamanya. Yakni mengenai apa itu tarbiyah jinsiyah, apa hambatannya dan bagaimana penanganan nya



Kita lanjut ya 😊
PANDANGAN ISLAM

🔴Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah manusia.

🔴 Islam memberikan panduan dalam setiap prilaku & perbuatan, ada yang bersifat petunjuk (preventif), kuratif ataupun yang bersifat rehabilitatif. 

🔴Islam memandang persoalan perilaku manusia adalah integralistik, bukan saja merupakan tanggung jawab suatu disiplin ilmu tertentu atau dalil tertentu, melainkan suatu
proses rekayasa sosial yang lebih luas.

Tarbiyah Jinsiyah menurut konsep Islam adalah 👉 Upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga ia menjadi nafsu yang dirahmati Allah, dengan tujuan terbentuknya sakinah, mawaddah wa rahmah dalam sebuah rumah tangga yang mampu mendidik keturunannya untuk mentaati perintah Allah swt, sehingga manusia terbebas dari perbuatan zina

Tarbiyah Jinsiyah & Sex education versi Barat
📝Pendidikan seks pola Islam mengacu kepada pendidikan akhlak & adab yang berlandaskan kepada keimanan dan syariat/ aturan yang berasal dari Allah SWT. 

📝Sex Education versi Barat hanya mengajarkan "seksualitas yang sehat" meliputi: seks secara anatomis, fisiologis dan psikologis saja. Misal, cara mencegah kehamilan, tidak aborsi dsb.

Nah, jadi berbeda ya, antara pendidikan seks yg selama ini diajarkan dengan apa yang sesuai pandangan Islam

Ustadz Budi Ashari, Lc dalam sebuah kajian di tahun 2014 menyatakan bahwa masalah besar jika pendidikan seksual yang diberikan justru membangkitkan syahwat dan mengeruhkan otak para pelajarnya. Dr. Adnan Baharits termasuk orang yang tidak setuju dengan pelajaran Biologi mengenai alat reproduksi untuk para pemuda (setingkat SMP-SMA). Menurutnya, hal itu justru membangkitkan syahwat yang tidak perlu. Pendidikan seksual adalah lahan subur bagi pengikut syahwat untuk menebarkan kebatilan, penyimpangan moral, dan pemikiran sesat mereka dengan dalil ilmiah. Salah satu contoh kesesatan dalam pendidikan seksual adalah anak boleh melihat aurat orangtuanya.

Nah hal yang sangat penting ialah Tarbiyah jinsiyah dimulai dari pendidikan dalam keluarga 👨‍👩‍👧‍👦, sebelum keluarga itu menyerahkannya kepada para pendidik 👳‍♀🧕 (sekolah umum) dan lingkungan. Dari orang tualah anak kita akan memahami dan memiliki wawasan apa yang disebut dengan syahwat.

📖 Firman Allah SWT :

"Dijadikan indah pada  manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak  dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik"(QS Ali Imran: 14)

Mari kita ingat kembali bahwa
FAKTOR  YANG MEMBAWA PENGARUH DALAM PENDIDIKAN ialah :
1- Keluarga / Orang tua
2- Lingkungan
3- Media

4- Doa

Mengenai ke-4 faktor ini ada beberapa penjelasannya :

Orang tua zaman sekarang betul-betul sangat berat untuk mendidik anak-anaknya, karena anak-anak dapat dengan mudah memperoleh informasi yang kebanyakan tidak baik dan bahkan menyesatkan dari luar lingkungan keluarga. Arus Ghowzul Fikr telah begitu dahsyatnya meracuni pemikiran ummat Islam terutama anak-anak kita.
Oleh karena itu mulailah dari keluarga, beri penjelasan kepada anak-anak, mudah-mudahan mereka punya daya kebal terhadap pengaruh buruk dari banyaknya informasi yang mencelakakan.

Yang tak kalah penting diingat oleh orangtua, menurut Ustadz Budi Ashari, Lc, ada tiga pembahasan utama dalam pendidikan seksual yakni:
1. Berketurunan
2. Bersuci

3. Menutup aurat


Ustadzah Herlina Amran memberikan beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua terkait menanamkan Tarbiyah Jinsiyah untuk anak-anaknya:

















Diatas ada 15 slide yang menyebutkan mengenai apa saja konsep awal yang harus kita pahami  sebagai orangtua

Dan satu hal yang tidak kalah penting juga ialah:
💠Mendampingi  Anak

Satu hal yang tidak boleh kita lupakan ketika mendidik  anak kita adalah menemani mereka saat menonton tayangan TV, internet dll. Suka atau tidak suka saat ini, TV dan media lain telah lebih dahsyat merusak akhlak anak-anak kita. Alangkah bijaknya bila orang tua bisa memilah apa yang ditonton anak atau bila perlu menggantinya dengan tontonan Islami yang akan memberikan pengaruh positif pada anak.

Terakhir, mari kita berdoa bersama agar anak-anak kita dijauhkan dari kejahatan seksual yang senantiasa mengancam.

Boleh dihafal doanya ya,

Doa agar anak dilindungi dari perbuatan zina atau kejahatan seksual:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ
Allahummaghfir dzanbahu (ha)
Wathohhir qalbahu (ha)
Wahashshin farjahu (ha)

(*"hu" utk anak laki. "Ha" utk anak perempuan)

"Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya."

Ini adalah doa yg diucapkan nabi saw setelah berdialog dgn seorang pemuda yg minta ijin ke nabi agar diperbolehkan berzina. Setelah dialog yg mencerahkan, nabi menempelkan telapak tangannya ke dada sang pemuda, dan berdoa spt di atas. Semenjak itu sang pemuda tumbuh mjd sosok yg soleh dan membenci perzinaan.

📖 Referensi 📖
Seminar Tarbiyah oleh usth. Herlini Amran pada tanggal 13/09/17

📕 Herlina Amran, MA. Tarbiyah Jinsiyah dalam Keluarga Muslim. http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/

📕Kajian Guru Kuttab Al Fatih Depok (26 November 2014). Tarbiyah Jinsiyah. http://rabbanifamily.tumblr.com/post/115612352121/

SESI TANYA JAWAB

1⃣ mba Leila
Slide terakhir yang 15 slide itu, maksudnya yang terkait interaksi secara jasmani, ya? Kalau peran keayahan, bagaimana menjadi suami yang mengayomi gitu, apakah perlu ditunda juga?

🔵Jadi maksud slide 15 ini lebih kepada pembelajaran mengenai hubungan suami istri. Umumnya yang kita pelajari selama ini masalah pendidikan seks itu sudah diajarkan di bangku SMP- SMA.
Bahasanya pun langsung vulgar. Bahkan ada yg diajarkan langsung bagaimana tata caranya.
Nah, dalam Islam, mau belajar demikian harus memang sudah matang dan sudah siap menikah. Jangan diajarkan saat remaja


Kalau mengenai karakter agar menjadi suami yang mengayomi atau istri yang Sholihah, perlu dididik karakternya sejak kecil. Sangat perlu peran orang tua dalam membentuknya. Jangan sampai anak kehilangan figur ayah dan ibu.

2⃣
Mba Leila
Nah, ini mengingatkan saya pada pendapat teman yang tidak mau menyiapkan anaknya terkait mimpi basah dst, padahal dia dokter, dengan alasan nanti malah mempercepat puber. Berbeda dengan materi bu Elly Risman yang justru mengajarkan perbedaan mani, wadi, madzi dengan cairan yang mirip konsistensinya (lem dkk). Ternyata memang ada pakar lain yang berpendapat demikian ya, bahwa pengenalan justru bisa berdampak negatif.

Trus kalimat terakhirnya, ini aurat maksudnya aurat dalam tanda kutip, ya? Misal sehari-hari pakai celana pendek kelihatan paha, gitu, itu aurat juga kan ya sebetulnya?

 🔵 Iya mba. Jadi kalo Bu Elly Risman masih cukup banyak memakai cara pendidikan seks barat.
Dalam Islam, pengenalan mani madzi tidak perlu langsung di perhatikan demikian.

Jika anak sudah masuk usia tamyiz (mampu membedakan baik dan benar), mereka sudah dapat di ajak diskusi secara logika.

Nanti yg perlu menjalankannya adalah orang tua masing2. Jika anak laki, dikenalkan utk masalah baligh ini oleh ayahnya.
Misalnya, bisa diberitahu, "Abang, kalo nanti tahu-tahu Abang ngompol, tapi airnya bukan air pipis, namun lebih kental seperti lem, Abang kasih tau ayah ya. Karena tandanya Abang sudah baligh"

Atau kepada anak perempuan, pendekatan kepada ibunya yg melakukan. Dijelaskan saja apa itu haid,seperti apa awalnya.

🔵 tentang yg aurat. Iya benar mba. Aurat orangtuanya. Misalnya walau dengan anak sendiri, orang tua jangan membuka aurat utamanya. Misal ibunya berpakaian diatas lutut, atau pakaian you can see, apalagi kalau anaknya laki.

3⃣
Mba Fita
1. KIta tidak bisa benar2 mencegah anak dari paparan pornografi, krn tdk 24 jam bersama anak dan faktor lainnya. Bagaimana jika anak terlanjur terpapar gambar2 porno tsb? apalagi saat di sekolah/bersama teman2nya

2. Etika kehidupan suami istri baru diajarkan saat benar2 akan menikah, kalau kita tidak tahu pasti kapan kita akan menikah sejak kapan mulai belajarnya? takutnya merasa terlambat/kurang belajar saat udah benar2 mau nikah

🔵 Untuk pencegahan ini memang faktor penting orang tua dalam menjelaskan. Dari kecil anak sudah di jelaskan batasan aurat yg boleh dilihat mana yg tidak. Selain itu, pendidikan KEIMANAN dan ADAB juga sangat penting.
Jika anak sudah tau semua itu, ditambah iman dan adabnya kuat, maka jika lihat gambar porno pasti dia Tdk mau dan menutup mata.

🔵 untuk pertanyaan kedua, seperti yg sudah dijawab dari pertanyaan mba Leila tadi ya

4⃣
Mba Ela
Mba di poin ini seperti nya penekanan nya pd menemani saat menonton, pdhl justru kebanyakan anak2 di beri tontonan melalui gadget atw tv saat ortunya tdk bisa mendampingi. Wlwpun misalnya, konten tontonan itu sdh di pilih dan di pilah oleh ortu. Tdk menutup kemungkinan ada celah utk tontonan yg "buruk" terutama saat menonton youtube scr online misalnya. Ini gmn y mba?

🔵 Pertanyaan mba Ela jawabannya sama dengan pertanyaan mba Fita tadi mba.

Jadi di awal, selesaikan dulu informasi aurat kepada anak.

Dan mengenai tontonan memang baiknya sangat dikurangi. Baik itu tontonan TV atau HP/gadget lainnya.

Karena pengaruhnya lebih banyak buruknya dibandingkan baiknya
🔵 Anak2 yg tidak terbiasa nonton tontonan yg bukan haknya (maksudnya melihat aurat yg bukan haknya), maka saat ia melihat, ia akan risih dan malu. Biasanya menutup mata dengan tangan. Nah, jika mereka dibiasakan bahwa tidak apa2 nonton demikian, lama kelamaan mereka juga akan terbiasa. Selanjutnya bisa tidak merasa bersalah atau aneh jika melihat demikian lagi.

Wallahu'alam bishshowwab
🔵 Oya, tambahan. Satu lagi yg penting. Selain di dampingi adalah dicarikan teman2 yg baik utk anak2 kita. Karena lingkungan terdekat sangat berpengaruh bagi anak.

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #9

8⃣Menganjurkan pernikahan dini pada anak.

👉 Keburukan pernikahan dini pada zaman modern, tetap saja kebaikan jauh lebih baik. Khususnya apabila disertai dgn usaha untuk mengamakan finansial dlm keluarga, baik untuk membantu orang tua, maupun untuk membantu si pemuda untuk mendapat pekerjaan yang layak. Penyakit kejiwaan dan sosial dalam masyarakat  serta berbagai peristiwa kriminal yg terjadi tdk lain merupakan akibat tdk lazimnya dr memperlambat pernikahan.

Dari point kelompok 9 tersebut membuat saya sedikit merenung akan kondisi saat ini.
Dan sedikit menyadarkan diri kenapa memang sebaiknya seorang pemuda jika sudah mampu harusnya menyegerakan dirinya untuk menikah. Dan ini bnyak terjadi di masyarakat ia yang lbh memilih menunda menikah dan akhirnya harus berujung berpacaran hingga banyak juga yg ternyta bercerita bahwa belum ada keputusan untuk menikah. Maa syaaAllah saya saja yang sebagai pendengar merasa sedih :(

Sungguh, Allah yang Maha Sempurna telah menginstall berbagai fitrah dalam diri anak kita yang dibutuhkan untuk menjadi insan yang bertaqwa, salah satunya adalah fitrah seksualitas. Alhamdulillah betapa Allah telah mengatur semuanya dengan seimbang dan proporsional, tidak kurang dan tidak lebih, melalui Rasullah SAW, Allah  SWT memudahkan hambanya dalam mendidik dan mengasuh anak membantu merawat dan menumbuhkan fitrah anak kita. Maka jika kita sebagai orang tua menginginkan anak tumbuh dengan keshalehan, teratur jiwanya, lurus akhlaknya dan kuat imannya, pastilah akan mengarahkannya sesuai dengan tuntunan yang ada. Karena aktivitas ini adalah proses bagi pendidikan anak

Sabtu, 13 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #8

Pendidikan Seksualitas dalam islam untuk anak laki laki.

Walau saat ini baru punya 1 orang anak perempuan namun rasanya sudah bisa merasakan jika memiliki anak laki laki. Semoga Allah segera Kabulkan. Mohon doanya bunprof 😁😄

Dan pada materi yang di sampaikan saya terpilih oleh adik saya yang masih berusia 4 tahun. Dan sedikit sedikit langsung mereviewnya. Apakah ia sudah mendapatkan pola asuh yang sesuai.?

Dianna sy melihat interaksi ia dengan ayahnya tidak terlalu dekat.
Dan menjadi sebuah PR bagi saya ialah :
Jawaban dari pemateri mengenai tips agar tidak kehilangan sosok ayah.
Yaitu :
"tetap hadirkan sosoknya melalui cerita2 tentang ayahnya. Bisa juga dengan cerita2 mengenai sosok tauladan kita Nabi Muhammad SAW, sosok sahabat, dll."

Diana sebelumnya saya tidak terpikirkan dengan cara ini. Dan saya saya ini menjadi PR juga walau anak saya perempuan.

Semoga Allah senantiasa bersama keluarga kita semua. Aamiiin :)

Kamis, 11 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #7

Alhamdulillah sampai pada kelompok 7 dimana kelompok 7 ini terdiri dari saya sendiri dan partner kece mba lathifah Barkah 😄
Kami berdua sepakat memaparkan  tentang TARBIYAH JINSIYAH ~
Sebelum masuk ke pembahasan utama kami mengawali terlebih dahulu dengan sejumlah Fakta dan Data mengenai keadaan dan kondisi yang sangat miris yang terjadi di belakangan ini. Dengan tujuan agar pikiran kita terbuka bahwa pendidikan Seksualitas ini bukan sembarangan loh. Namun benar benar sudah harus di seriusi dan tidak bisa di anggap enteng lg.

Begitu mirisnya kondisi kita saat ini maka tanggungjawab kita sebagai orangtua semakin banyak dan harus semakin menjadi orangtua yang berilmu.

Terima kasih mba lathifah atas referensi bacaannya..  Saya banyak belajar dari bacaan ini.

Dan PR tersaat ini ialah menemani aisyah bermain dengan TANPA GADGET.

FIX harus bisa lepas GADGET jika sedang main dg Aisyah.

Dan salah satu Inti yang dapat saya ambil juga ialah jika kita mendidik anak sesuai ajaran Islam, insya Allah masalah penyimpangan seksual Tdk terjadi.
Maka dalam amat penting peranan orangtua dalam pendidikan seorang anak.

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #6

Tema yang di ambil oleh kelompok 6 lalu ialah :
Pengaruh media terhadap perilaku seksual remaja 

Ngeri ya dengernya ~
Untuk saya pribadi, dan melihat lingkungan sekitar,, fenomena sosmed ini sangat susah dihindari dlm kehidupan sehari2,, dan konten yg disajikan,,, itu sangat tdk terfilter,, jadi dapat membuat anak puber segera,,
.
.
Saat sebelum saya menikah rasanya dag dig dug sekali mengikuti arus zaman yang semakin serba canggih dan semakin segalanya. Sempat terpikir "ya Allah selamatkan saya dari dunia ini sebelum datangnya kehancuran" hehehe 

Dalem bgt ya doanya.

Tapi memang cukup ngeri saat itu  yang saya rasakan.
Belum lagi ternyta sempat ada sepupu sendiri yang hamil diluar nikah. Ya Allah saya nangis saat akhirnya menghadiri resepsi pernikahannya.
Takut bgt akan kejadian yang sama seperti dia.

Dan sangat amat bersyukur ternyta selepas kuliah langsung ada yang datang melamar saya. Dan merasa terbebas dari hal yang sangat di takut saat itu.

Walau harus tetap di ingat bahwa media sosial memang ada positif dan negatifnya. Dan tidak bisa tanpa campur tangan orangtua dan lingkungan untuk benar2 mendapatkan positifnya.

Alhamdulillah hasil pemaparan kemarin membuat saya semakin sadar dan semakin waspada terhadap perkembangan zaman terutama jika ingin mempersiapkan si kecil kedepannya.

Terimakasih kelompok 6

Selasa, 09 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #5

pemaparan kelompok 5 kali sangat singkat dan jelas.
Membahas mengenai "TIPS DAN TRIK Mengenalkan fitrah seksualitas sesuai tahapan "
Dsini saya sangat tekankan pada usia 0-7 tahun.
Saya seolah sambil mereview poin mana saja yg belum pernah saya lakukan untuk aisyah yg saat ini berusia 21 bulan.
Dan ini hasilnya perenungan saya :
- Untuk meminta izin ketika membersihkan BAK / BAB alhamdulillah sudah saya lakukan. Namun belum rutin hanya bbrpakali saja sepanjang usianya. In syaaAllah saya akan mulai untuk rutin meminta izin mulai saat ini :)
- menyebutkan secara benar alat kelaminnya (vagina / penis) dan batu saja saya lakukan itu kmrn. Dan itu ternyta lngsung membuat suami terkejut "bunda ko ngomong gtu ke Aisyah?" dan Alhamdulillah setelah di komunikasi kan akhirnya Suami pun mengerti.
- mengenal kan anak jenis kelamin hanya ada 2. Perempuan dan lelaki.
Sejauh ini belum secara tidak langsung memberitahukan ke Aisyah kalau ia adalah perempuan. Misal saat memakai mukena sholat.
"Kalau mau ikut sholat sama bunda aisyah pake mukena nya ya.. Kan aisyah perempuan sama dg bunda. Kalau ayah laki laki jd gak pake mukena. Yuk pake "
- memberikan penjelasan mengenai adab bersuci. Alhamdulillah hal ini memang sdg berlangsung. Krn kami memang sdg program toilet training.
- memberitahukan batas aurat dan rasa malu.  Sering kali saat belakangan ini dmna sedang melatih toilet training ia sering tidak mau pakai pakaian. Dan disitu lah biasanya saya menjelaskan rasa malu dan batasan aurat.
- memberitahukan batasan tubuh mana saja yg boleh / tdk boleh untuk di sentuh.
Wah sepertinya aisyah sudah hampir hafal juga lagu ini. Walau ada kata2 yg kadang blm bisa menyebutnya

Sekiannn
Terimakasih kelompok #5

Senin, 08 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #4

Pada pemaparan kelompok 4 yang menarik perhatian saya adalah pada saat di sampaikan nya mengenai hal ini:

Teori psikoanalisis Sigmund Freud membagi tahapan perkembangan kehidupan seksual manusia menjadi 5 fase :
1. Fase Oral ( 0-1  tahun ).
Fase dmn kepuasan fisik dan emosional terfokus pada daerah mulut.
2. Fase Anal ( 1-3 tahun ).
Sensasi dari kesenangan berpusat pada daerah anus dan segala aktivitas yang berhubungan dgn anus.
Anak mulai di kenalkan toilet training.
3. Fase Phalic ( 3-6 tahun ).
Masa di mana alat kelamin merupakan bagian paling penting. Masa Ini sangat penting untuk perkembangan identifikasi jenis kelamin pada anak.
4. Fase Latency ( 7-10 tahun ).
Masa di mana kebutuhan seksual anak sudah tdk terlihat lagi. Anak di harapkan sudah dapat mengindentifikasi dirinya dengan baik dan mulai melakukan kegiatan dengan jenis kelamin yang sama dengan nya.
5. Fase Genital ( 10-15 tahun )
Masa di mana mulai ada ketertarikan dengan lawan jenis

Rasanya salah satu PR besar yang harus di ketahui oleh orangtua agar tidak salah dalam hal memahami setiap Fase yang terjadi pada anak.

Ketika orangtua bisa bersikap bijak in syaaAllah akan menjadi bonding tersendiri bagi si anak.

Semangattt belajar lagi bunda 😄

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #3

Pemaparan kelompok 3 kemarin mengenai : mengajarkan anak melindungi diri dari kejahatan seksual.

MaasyaAllah membaca judul ini rasanya ingin sekali selalu memeluk erat anak.. Peluk peluk cium cium..

*Ngeri*, itu yg terlintas dalam benak saya. Dan setelah mendapatkan pemaparan ttg materi tersebut rasanya merasa perlu sekali untuk terus mensounding ke anak mengenai anatomi tubuhnya.

Walau sudah sering kali iseng iseng saya Nyanyikan lagu ttg "sentuhan boleh sentuhan tidak boleh" rasanya sangat perlu juga menitiktekankan apa saja bagian tubuhnya dan bagaimana cara melindunginya..

Jadi semakin semangat belajar..
Bismillah

Terimakasih kelompok #3

Minggu, 07 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #2

Ada bagian yang sangat saya garis bawahi saat pemaparan materi oleh kelompok 2 kmrn malam.
Yakni :

Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas :
1. membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya. Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.

2. mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya. Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya.
Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak.
Sehingga anak akan mampu dengan tegas menyatakan "saya laki-laki" atau "saya perempuan".

3. mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

Mengenai tiga hal diatas saya langsung melihat kondisi anak saya yang saat ini hampir berusia 3 th. Dimana ia secara jelas blm pernah mengatakan kalau dy adalah perempuan. Namun secara tidak langsung sering kali saya memberikan pengertian dalam bentuk lain.
Misal perbedaan antara kata Om dan Tante. Nenek dan kakek. Dlll

Di sisi lain Alhamdulillah ia sudah mengetahui identitasnya sebagai seoranf muslimah. Yakni jika keluar rumah ia akan dengan spontan menanyakan "ilbab ana" atau "jilbab mana" dan seringkali tidak mau lepas dari jilbab dengan mengeluarkan kata "malu".
Atau jika ia sedang tdk mah pakai baju saya seringkali membujuknya dg kalimat "pakai baju cantik  Yuk.." dan ia langsung mau.

Terimakasih atas Paparan Materi Kelompok 2
Rita Fitriah Dewi & Winarti

Sabtu, 06 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #1

Tantangan kali ini benar benar DUAAARR.. Luar biasa. Cukup mengejutkan dan saya syuka 😊
.
.
Terimakasih banyak atas pemaparan kelompok satu. Hampir berulang ulang saya baca materi yang telah di bawakan oleh kelompok pertama ini.

Sekali lagi terima kasih karena dengan ini membuat saya semakin bersyukur dan saya kembali menyadari akan pentingnya menjaga fitrah. Terutama menjaga fitrah anak saya sendiri yang saat ini hampir menuju angka di 2 tahun.
Rasanya semakin bnyak PR dan semakin harus semangat belajar menjadi orangtua.
.
.
Point yang menjadi PR besar saya pribadi saya tekankan adalah di bagian media edukasi.

Media edukasi
Dalam menangani tantangan, tidak bisa kita bergerak sendiri. It takes a village to raise a child. Sejumlah media edukasi yang dapat digunakan antara lain:
✓ Family Project
✓ Coaching Group
✓ Coaching one on one
✓ Diskusi bersama.

Di mulai dr 4 media diatas saya akan menyiapkan waktu khusus untuk membahas ini bersama suami.

Karena memang benar adanya Solusi untuk menjawab tantangan dalam merawat fitrah seksualitas
Pertama, jelas, bergandengan tanganlah dengan orang terdekat. Suami, istri, tetangga atau teman yang satu visi.
Iqra, baca dengan matang konsep yang ada dalam kitab suci, tanyakan pada ulama jika ada yang belum jelas, rajin terus memutakhirkan ilmu dunia yang juga terus berkembang, termasuk mengambil pelajaran dari kasus-kasus yang sudah ada.

Semoga dengan bertambahnya ilmu tentang ini menjadikan saya dan suami semakin semangat untuk menimba ilmu demi menjaga amanah yang luar biasa dari Allah ini. Semoga Allah meridhoi kami. Aamiin

Progress Day 4 RBI

Setelah kemarin saya mengevaluasi pada tahap pertama di kurikulum HS Mba Kiki Barkiyah , hari ini saya mencoba melihat  dan mengupas pada ...