Kamis, 13 Juni 2013

Analisis Konotasi pada Syair Imam Syafi'i dan Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah



MAKALAH TUGAS AKHIR TEORI SAsTRA
Analisis Makna Konotasi Dalam Syair Imam Syafi’I dan Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah
PIPIT JAYANTI EL ZAHRAA

KATA PENGANTAR


Puji syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas analisis makna konotasi dalam syair Imam Syafi’I dan Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah dengan penuh kemudahan.
Makalah ini tentunya  tidak luput dari banyaknya kekurangan serta kesalahan-kesalahan lainnya, walau dalam penyeleseian tugas akhir ini saya lakukan dengan maksimal namun kesempurnaan hanyalah miliki Allah SWT.
Pada kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan ikut dalam memberikan semangat hingga makalah yang sederhana ini dapat terseleseikan dengan baik
Harapan saya sebagai penulis tentunya agar makalah ini dapat bermanfaat serta memberikan wawasan yang lebih kepada pembaca  hingga akhirnya dapat dijadikan sebagai refernsi pembelajaran kedepannya.




Jakarta,  Juni 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang       ………………………..…………………    3
1.2 Rumusan Masalah   ………………………..…………………    3
1.3 Tujuan Penelitian     ………………………..…………………    4
1.4  Kegunaan Penelitian         ………………....…………………    4
BAB II KAJIAN TEORI
2.1             Pengertian Konotasi     ……………………….……………     5
2.2             Ciri-ciri makna konotasi         ………………….…………..     6

BAB III PEMBAHASAN
3.1       Analisis Konotasi         ……………………….…………     7
3.1.1    Dalam Syair Imam Syafi’i       ……………………………      7
3.1.2    Dalam Syair  Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Tentang Syurga          10

BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan    …………………………………………......      11
4.2 Saran    ………………………………………………...….      11

DAFTAR PUSTAKA    …………………………………………      12
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
Bahasa adalah  sebuah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi. Dalam makalah ini, akan dipelajari Analisis Semiotik. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya, mengungkapkan pikiran, pengalaman, dan pengetahuannya kepada orang lain (wirjosoedarmo dalam wardani, 2010:1).
Secara singkat dan populer dapatlah kita katakan bahwa “semiotik adalah telaah mengenai tanda” (George,1964:1). Dari pengertian sederhana tersebut dapat kita simpulkan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, ssemiotik juga banyak ditelaah/dianalisis. Salah satunya dalam karya sastra, baik puisi, prosa, drama, novel dan lain-lain.
Dalam sebuah karya sastra, tidak bisa lepas dari sebuah tanda. Walaupun dalam karya sastra biasanya juga terdapat tanda – tanda kiasan yang memerlukan waktu untuk memahaminya. Di sisi lain, sebuah karya sastra juga memiliki nilai tersendiri jika dianalisis dengan ilmu semiotik. Walaupun dalam ilmu kesastraan dan stilistika terdapat istilah Licentia Poetica, yaitu kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari kenyataan baik dari bentuk atau aturan konvensional bahasa untuk menghasilkan efek yang dikehendakinya (Shaw,1972). Tetapi seperti kita tahu di awal, bahwa semua tulisan atau kata pasti memiliki tanda yang memiliki makna. Maka, dalam makalah ini saya mengambil judul “Makna Denotatif dan Konotatif dalam syair Imam Syafi’I dan syair tentang Syurga oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah (sebuah kajian semiotik)”.
           

1.2           Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan  makna konotatif ?
2.      Apakah terkandung Makna Konotatif dalam syair Imam Syafi’I dan syair tentang Syurga oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah?
3.      kalimat mana sajakah yang termasuk dalam makna konotatif  dalam kedua syair tersebut?





1.3             Tujuan Penelitian
            Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.          Memenuhi tugas akhir mata kuliah teori sastra.
b.         Untuk lebih memahami pengertian makna konotasi.
c.          Untuk menganalisis akan adanya Makna Konotasi dalam syair Imam Syafi’I dan syair tentang Syurga oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.

1.4           Kegunaan  Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a.      Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami mengenai makna denotasi  dan konotasi yang sebenarnya dan pengaplikasikan dalam kehidupan nyata yang bisa dilihat dari berbagai karya sastra mulai dari syair, cerpen, puisi dan karya sastra lainnya yang telah dibaca untuk dijadikan bahan referensi.
b.      Dosen
Dosen dapat menjadikan makalah yang sederhana ini sebagai rujukan dan bahan pengajaran untuk pendidikan kedepannya

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Konotasi
            Soedjito menyatakan pendapatnya bahwa makna konotatif (evaluasi atau emotif) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Berikut ini penggunaan makna denotatif dan konotatif dalam kalimat:
1)      Anak-anak yang diaula itu sedang berebut kursi karena pertunjukkan segera dimulai.
2)      Siapapun yang bermaksud berebut kursi pimpinan perusahaan harus memenuhi syarat yang telah ditentukkan formatur.
(setyana, 1999:57)
Contoh(2) merupakan contoh penggunaan kata konotatif. Kata kursi memunyai arti jabatan, kata kursi memunyai nilai rasa yang tinggi daripada kata jabatan.
Menurut Oka dan Soeparno (1994:235) menyatakan makna konotatif adalah makna kata yang merupakan makna tambahan dan memiliki nilai rasa. Nilai rasa itu dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Maksud dari konotasi positif dan negative menurut Chaer (dalam Oka dan Soeparno, 1994:235), dapat dilihat dalam contoh berikut:

Wanita
Perempuan
1.      Berpendidikan lebih/tinggi
Berpendidikan kurang
2.      Modern dalam segala hal
Tidak atau kurang modern
3.      Kurang berperasaan keibuan
Berperasaan keibuan
4.      Malas ke dapur
Rajin ke dapur

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kata wanita mempunyai konotasi positif karena memiliki nilai rasa lebih sopan dan tinggi dibandingkan kata perempuan.
“Makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi”. Sebagai contoh seperti, gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan. Tetapi sebaliknya, tersenyum bisa juga diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur yang lain harus dipahami pula.

2.2Ciri-ciri makna konotatif
Ciri kata bemakna konotasi yaitu:
1)      Makna tidak sebenarnya
2)      Makna tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual
3)      Makna tambahan berupa nilai rasa




BAB III
PEMBAHASAN
3.1             Analisis Konotasi
3.1.1        Dalam Syair Imam Syafi’i

وما سمّي الإنسان إلا لنفسه   *      وسمّي القلب لأنه يتقلب
يتقلب  disini berarti berubah-ubah:
Maksud disini hati itu mudah untuk di bolak-balikkan yang kadang bisa baik dan kadang juga bisa buruk
 dan yang bisa merubah hal tersebut hanyalah Allah, maka ketika ada seseorang yang jahat, memohonlah kapada Allah agar di balikkan hatinya menjadi baik

عين الرضا عن كل عيب كليلة   *   كما أن عين السخط تبدىالمساويا
الرضا عن كل عيب كليلة    disini memiliki arti jika kita memandang segala hal positif atas segala sesuatu yang buruk maka hal yang buruk tersebut tidak akan terlihat walau keburukan tersebut sangat banyak.
السخط تبدىالمساويا  disini maksudnya adalah berbeda dengan orang yang selalu memandang semuanya dengan keburukan maka setiap keburukan yang ada akan terlihat sangat jelas walau keburukan tersebut sangatlah kecil
 إذالم يكن إلا الأسنة مركب  *   فماحيلة إلا ر كوبها
الأسنة  Adalah Sebuah  benda yang tajam (tombak). Maksudnya Banyak cara yang bias digunakan untuk mencapai suatu tujuan bahkan kitapun bias saja suatu saat akan di hadapkan dengan hal yang tidak kita  (di umpamakan dengan sebuah tombak yang tajam) namun harus tetap dilakukan
و من جعل غراب له دليل  *   يمربه علي جيف الكلاب
دليل  diartikan sebagai pemberi petunjuk (pedoman)
يمربه علي جيف الكلاب maka ia adalah sehina-hinanya orang

قل بما شئت في مسبة عرضي فسكوتي عند اللئيم جواب
ما أنا عادم الجواب ولكن ما من الأسد أن تجيب الكلاب
  في مسبة عرضي  Maksud  menghina kehormatan disini adalah menghina harga diri
الأسد  Adalah Orang yang memiliki harga diri yang tinggi
الكلاب  Orang yang rendahan (tidak berpendidikan).
Maka maksud kalimat diatas ialah: orang yang berpendidikan dan memiliki harga diri tidak akan mendengarkan perkataan yang tidak memiliki adab (orang yang suka menghina)

إذا ما الأصل ألفي غير زاك فما تزكو مدى الدهر الفروع
الأصل diartikan sebagai akidah
الفروع amalan-amalah ibadah
Maksudnya ialah Orang yang tidak memiliki ketauhidan dengan benar maka setiap amal ibadah yang ia lakukan sepanjang masapun akan sia-sia

وإذا الدعاوى لم تقم بدليلها بــالنص فهي على السفاه دليل
الدعاوى Para pendakwa atau penyeru kebaikan
السفاه دليل sebuah argument yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
Maksudnya ialah: Seorang pendakwa harus memiliki dalil yang kuat terhadap setiap apa yang ia katakan.  karena jika ia tidak memilikinya maka sama saja dengan omong kosong yang tidak memiliki landasan teori.

والحق منصور وممتحن فلا تعجب فهذي سنة الرحمن
سنة الرحمن maksudnya ialah sunnatullah dimana Allah sunnatullah ini merupakan sesuatu yang pasti terjadi. dan Ia akan mendatangkan sebuah kebenaran namun sebelum hal tersebut datang Allah akan menguji kita semua dengan kenikmatan serta cobaan agar kita menjadi hamba yang lebih taat

وإذا لم تر الهلال فسلم لأناس رأوه بالأبصار
الهلال menentukan waktu
رأوه بالأبصار Artinya ialah: Mata kepala,  maksudnya adalah ahli nujum, jadi jika kita ingin menentukan sesuatu berdasarkan hilal akan tetapi kita tidak memahaminya maka lebih baik kita serahkan kepada ahli nujum langsung karena ia yang mengetahui ilmu mengenai hal tersebut.

تكاثرت الظياء على خراش فما يدري خراش ما يصيد
خراش disini adalah hewan sebangsa srigala

سارت مشرقة وسرت مغربا شتان بين مشرق ومغرب
مشرقة  Dapat diartikan sebuah perbuatan baik dan مغربا dapat diartikan dengan perbuatan jahat  atau sebaliknya dan sesungguhnya setiap perbuatan baik dan perbuatan jahat  itu sangatlah jelas perbedaannya maka tidak seharusnya manusia melakukan perbuatan jahat  jika ia sudah memahami arti dari perbuatan baik

فالبهت عندكم رخيص سعره حثوا بلا كيل ولا ميزان
رخيص سعره sudah menjadi hal yang biasa dilakukan
Maksudnya ialah mereka berbohong tanpa berfikir terlebih dahulu, dilakukan dengan sesuka hati dan mereka tidak memikirkan akibat dari berbohong tersebut sehingga berbohong sudah menjadi bentuk keseharian yang mereka lakukan.

تَخُضْ فِيْ حَدِيْثٍ لَيْسَ مِنْ حَقِّكَ سِمَاعُهُ
تَخُضْ makna kamus adalah memakan dengan lahap atau dapat diartikan juga agar kita tidak boleh mendengarkan sebuah pembicaraan dimana pada dasarnya tidak memiliki hak untuk mengetahui apa yang dibicarakannya 

لاَ يَحْمُدُ السَّيْفُ كُلَّ مَنْ حَمَلَهُ
لاَ يَحْمُدُ tidak memandang siapapun yang memilikinya
Maksud kalimat ini adalah bahwasanya sebuah pedang yang biasanya digunakan untuk membunuh musuh bias saja membunuh orang yang membawa pedang tersebut, maka berhati-hatilah

حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْ لَكَ اللَّهُ نَجَاحًا
تَسْتَقِمْ jalan yang sesuai oleh ketentuan Allah
Maksudnya ialah: Menempuh jalan yang lurus disini bermakna melaksanakan segalanya atas dasar perintah Allah serta menjauhi segala yang dilarang oleh-NYA, dengan begitu Allah akan menjanjikan kesuksesan baginya

لاَ يَضُرُّ السَحَابَ نُبَاحُ الكِلاَبِ
نُبَاحُ الكِلاَبِ Maksudnya ialah perkataan-perkataan yang buruk.
السَحَابَ  kesuksesan. Maksudnya ialah perkataan-perkataan yang buruk tidak akan akan menjadi penghambat kesuksesan seseorang, maka janganlah kau dengarkan perkataan tersebut
3.1.2    Dalam Syair  Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Tentang Syurga
يا خاطب الحور الحسان وطالبا                لوصالهـن بـجنة الحيوان
خاطب الحور orang-orang yang sholeh dan sholehah
بـجنة الحيوان negeri kehidupan, adalah sebuah kehidupan yang sesungguhnya dengan segala kenikmatan didalamnya.
Kalimat diatas memberitahukan bahwasanya di syurga nanti sudah disiapkan para bidadari yang sangat cantik dan bidadara yang tampan dimana setiap para calon penghuni syurga (orang yang sholeh) kelak akan dapat bersanding dengan mereka.
أسرع وحث السير جهدك انما                 مسراك هذا ساعة لزمان
 orang yang selalu bersungguh-sungguh السير جهدك
  waktu yang cepat berlalu ساعة لزمان
Maksud kalimat diatas ialah bahwasanya waktu itu sangatlah cepat berlalu dan jika kita tidak sungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah di dunia ini maka kelak akan menyesal
سكانها أهل القيام مع الصيام                 وطيب الكلمات والاحسان
 القيام مع الصيام orang-orang yang mendirikan sholat dan berpuasa
Maksud pada kalimat diatas bahwasanya para penghuni syurga adalah orang-orang yang tidak pernah meninggalkan sholat dan puasa serta selalu berkata serta berbuat kebaikan

يا أهلها لكم لدى الرحمن                وعــد وهو منجزه لكم بضمان
الرحمن  mempunyai pengertian Allah SWT dimana Ar-Rohman merupakan salah satu dari nama-NYA yang memiliki arti yang maha penyayang

قالوا أما بيّضت أوجهنا                    كذا أعمالنا ثقلت في الميزان
  بيّضت  Memiliki makna putih berseri, maksudnya adalah wajah-wajah yang terbebas dari segala dosa
فيرونه من بعد كشف حجاب               ه جهرا روى ذا مسلم ببيان
  كشف حجاب  Memiliki arti Mata kepala, maksudnya adalah bahwasanya mereka melihat-Nya benar-benar langsung dengan mata mereka sendiri tanpa adanya perantara apapun
BAB IV
PENUTUP

4.1                         SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan uraian yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:
banyak sekali Makna konotatif saya temukan dalam kedua syair diatas, namun tetap kita kembalikan setiap orang pasti memiliki tanggapannya masing-masing sehingga ketika kita sedang menganalisis sebauah karya sastra kita harus berjiwa besar untuk menerima tanggapan-tanggapan dari orang lain.  Berkenaan dengan masalah konotasi, satu hal yang harus kita ingat. Bahwa konotasi sebuah kata bisa berbeda seseorang dengan orang lain, antara satu daerah dengan daerah lain. Ada kalanya bermakna konotasi posotif maupun negatif.

4.2                         SARAN
Mahasiswa yang menekuni dunia sastra hendaknya tidak hanya sebagai penikmat sekedar membaca saja melainkan dapat juga dapat memahami makna dibalik setiap kalimat yang dicantumkan oleh penulis serta dapat menganalisis isi makna yang terkandung didalamnya. Karena ketika kita hanya membaca sebuah karya sastra tanpa memahami makna yang dimaksud oleh penulis maka akan menimbulkan maksud yang berbeda pula sehingga nilai estetik pada setiap kalimat yang terkandung akan kurang maksimal. Maka dari itu diperlukannya agar kita mempelajari mengenai makna denotative dan konotatif secara maksimal.




DAFTAR PUSTAKA









Progress Day 4 RBI

Setelah kemarin saya mengevaluasi pada tahap pertama di kurikulum HS Mba Kiki Barkiyah , hari ini saya mencoba melihat  dan mengupas pada ...